Kamis, 16 Februari 2017

“ Wajah Mendung di Langit Pertiwi”



Oleh : FITRIANA
                                           (Komisariat Ekonomi dan Bisnis, UNRAM)                     

Hingar bingar kondisi perekonomian bangsa saat ini seakan telah membuat goresan luka di bumi ibu pertiwi. Semua itu tidak terlepas dari dampak yang ditimbulkan oleh berbagai kebijakan pemerintah, khususnya kebijakan di bidang ekonomi. Kebijakan yang dikeluarkan kerap kali terkesan tidak memihak kepada kalangan masyarakat menegah ke bawah.
Salah satu kebijakan ekonomi yang menjadi polemik di tengah masyarakat adalah terkait kenaikan harga BBM (Bahan Bakar Minyak) beberapa waktu lalu. Kebijakan ini menimbulkan banyak kontroversi dari berbagai kalangan. Dan tak sedikit pula kita melihat para demonstran menuntut kebijakan pemerintah akan hal tersebut.
Penulis melihat adanya ketidak sesuaian antara harapan dan realita ditengah kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah ini. Dimana harapan masyarakat adalah adanya kestabilan harga untuk barang kebutuhan pokok khususnya BBM itu sendiri. Namun realita yang terjadi malah sebaliknya. Pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk menaikkan harga BBM, yang menurut pengamatan penulis telah membawa luka di tengah masyarakat. Ketika isu harga BBM naik mulai di gemborkan, saat itu pula harga barang-barang menjadi naik, terlebih lagi barang-barang kebutuhan pokok
harganya demkian melonjak naik. Keadaan semakin memanas ketika Isu tersebut tenryata direalisasikan oleh pemerintah. Masyarakat merasa tercekik dengan membumbung tingginya harga barang-barang pokok yang disebabkan oleh naiknya harga BBM di tengah masyarakat. Hiruk pikuk masyarakat yang menuntut kebijakan tersebut agar segera dirubah semakin ramai. Kondisi perekonomian nasioanal semakin tidak stabil. Inflasi mencapai angka waspada yakni sekira 32%.  Ini merupakan persoalan serius yang harus segera dicarikan solusinya. Salah satu pernyataan yang diberikan pemerintah terkait alasan mengeluarkan kebijakan itu adalah lantaran banyaknya oknum masyarakat yang di level atas bahkan pejabat menggunakan BBM subsidi tersebut, dan merupakan salah satu terobosan baru supaya pencemaran udara yang dihasilkan oleh asap kendaraan dapat dikurangi, sehingga perlu adanya kebijakan terkait menaikkan harga BBM tersebut. Sungguh alasan yang kurang pas. Penulis merasa pemerintah belum melakukan analisa mendalam terkait kebijakan ini. terkesan masyarakat dituntut untuk berfikir kerdil. Mengapa demikian ??? karena pemerintah belum maksimal melihat kondisi secara agregatif. Masyarakat bawah menjadi sasaran empuk dalam hal terkena dampak kenaikan harga BBM ini. Seharusnya pemerintah lebih teliti dan lebih pengertian terhadap kondisi ekonomi rakyatnya. Sehingga tidak mengeluarkan kebijakan yang dapat membuat rakyat di bumi ibu pertiwi ini menjadi menjerit dan menangis.

NB : SELAMAT MILAD KE-70
        Himpunanku, HMI (HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM).
       Dengan Iman, Ilmu dan Amal Kita Berjuang…. YAKIN USHA SAMPAI”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar