Oleh : FITRIANA
(Komisariat
Ekonomi dan Bisnis, UNRAM)
Hingar bingar kondisi perekonomian
bangsa saat ini seakan telah membuat goresan luka di bumi ibu pertiwi. Semua
itu tidak terlepas dari dampak yang ditimbulkan oleh berbagai kebijakan
pemerintah, khususnya kebijakan di bidang ekonomi. Kebijakan yang dikeluarkan
kerap kali terkesan tidak memihak kepada kalangan masyarakat menegah ke bawah.
Salah satu kebijakan ekonomi yang
menjadi polemik di tengah masyarakat adalah terkait kenaikan harga BBM (Bahan
Bakar Minyak) beberapa waktu lalu. Kebijakan ini menimbulkan banyak kontroversi
dari berbagai kalangan. Dan tak sedikit pula kita melihat para demonstran
menuntut kebijakan pemerintah akan hal tersebut.
Penulis melihat adanya ketidak sesuaian
antara harapan dan realita ditengah kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah
ini. Dimana harapan masyarakat adalah adanya kestabilan harga untuk barang
kebutuhan pokok khususnya BBM itu sendiri. Namun realita yang terjadi malah
sebaliknya. Pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk menaikkan harga BBM, yang
menurut pengamatan penulis telah membawa luka di tengah masyarakat. Ketika isu
harga BBM naik mulai di gemborkan, saat itu pula harga barang-barang menjadi
naik, terlebih lagi barang-barang kebutuhan pokok
harganya
demkian melonjak naik. Keadaan semakin memanas ketika Isu tersebut tenryata
direalisasikan oleh pemerintah. Masyarakat merasa tercekik dengan membumbung
tingginya harga barang-barang pokok yang disebabkan oleh naiknya harga BBM di
tengah masyarakat. Hiruk pikuk masyarakat yang menuntut kebijakan tersebut agar
segera dirubah semakin ramai. Kondisi perekonomian nasioanal semakin tidak
stabil. Inflasi mencapai angka waspada yakni sekira 32%. Ini merupakan persoalan serius yang harus
segera dicarikan solusinya. Salah satu pernyataan yang diberikan pemerintah
terkait alasan mengeluarkan kebijakan itu adalah lantaran banyaknya oknum
masyarakat yang di level atas bahkan pejabat menggunakan BBM subsidi tersebut,
dan merupakan salah satu terobosan baru supaya pencemaran udara yang dihasilkan
oleh asap kendaraan dapat dikurangi, sehingga perlu adanya kebijakan terkait
menaikkan harga BBM tersebut. Sungguh alasan yang kurang pas. Penulis merasa
pemerintah belum melakukan analisa mendalam terkait kebijakan ini. terkesan
masyarakat dituntut untuk berfikir kerdil.
Mengapa demikian ??? karena pemerintah belum maksimal melihat kondisi secara
agregatif. Masyarakat bawah menjadi sasaran empuk dalam hal terkena dampak
kenaikan harga BBM ini. Seharusnya pemerintah lebih teliti dan lebih pengertian
terhadap kondisi ekonomi rakyatnya. Sehingga tidak mengeluarkan kebijakan yang
dapat membuat rakyat di bumi ibu pertiwi ini menjadi menjerit dan menangis.
NB : SELAMAT
MILAD KE-70
Himpunanku, HMI (HIMPUNAN MAHASISWA
ISLAM).
“
Dengan Iman, Ilmu dan Amal Kita Berjuang…. YAKIN USHA SAMPAI”